Apa Itu “Citizen
Journalisme”?
Lebih mudah mengidentifikasi bukan
mendefinisikan,citizen journalism sebagai warga biasa yang tidak terlatih
sebagai wartawan profesional,namun dengan peralatan teknologi informasi yang
dimilikinya bisa menjadi saksi mata atau sebuah peristiwa yang terjadi di
sekitarnya,meliput, mencatat, mengumpulkan, menulis, dan menyiarkannya di media
online karena memiliki semangat berbagi dengan pembaca lainnya. Selain citizen journalism, nama lainnya yang sering
muncul untuk menunjukkan kegiatan warga menulis laporan peristiwa di internet
adalah Participatory Journalism,Public Journalism,Democratic
Journalism,Independent Journalism,Wiki Journalism,Open-Source Journalism,dan
Street Journalism.
Unsur-Unsur Citizen Journalism :
v Warga biasa,
v Bukan Wartawan profesional,
v Terkait fakta atau peristiwa yang terjadi,
v Memiliki kepekaan atas fakta atau peristiwa yang
terjadi itu,
v Memiliki peralatan teknologi informasi,
v Memiliki keingintahuan yang tinggi,
v Memiliki kemampuan menulis atau melaporkan,
v Memiliki semangat berbagi informasi dengan yang
lainnya,
v Memiliki blog pribadi atau blog sosial dan akrab
dengan dunia online,
v Menayangkan hasil liputannya di media online seperti
blog atau media sosial,
v Tidak berharap imbalan atas apa yang ditulisnya.
J.D. Lasica,
dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media citizen
journalism ke dalam 5 tipe :
- Audience participation (seperti komenter user yang
diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video
footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis
oleh anggota komunitas).
- Situs web berita atau informasi independen (Consumer
Reports, Drudge Report).
- Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews).
- Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin).
- Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list,
newsletter e-mail).
Situs
penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio).
Citizen Journalism di Indonesia
Saya mulai mengamati fenomena public journalism di pertengahan 1990-an. Satu hal yang menggelitik saya adalah apakah konsep development journalism atau jurnalisme pembangunan yang diajarkan dalam kurikulum studi jurnalistik tahun 1980-1995an (saya adalah salah satu produknya!) merupakan wujud public journalism? Saya putuskan, TIDAK.
Saya mulai mengamati fenomena public journalism di pertengahan 1990-an. Satu hal yang menggelitik saya adalah apakah konsep development journalism atau jurnalisme pembangunan yang diajarkan dalam kurikulum studi jurnalistik tahun 1980-1995an (saya adalah salah satu produknya!) merupakan wujud public journalism? Saya putuskan, TIDAK.
Pertama, aspek partisipatorinya tidak nyata. Isu tetap diputuskan oleh media yang bersangkutan (acap atas ‘restu’ Departemen Penerangan)—walau slogan pembangunan, di manapun, selalu menyatakan mengabdikan diri pada kepentingan publik.
Kedua, ideologi jurnalisme pembangunan pada dasarnya adalah ideologi komunikasi pembangunan yang sudah bangkrut di tahun 80-an (dibangkrutkan oleh para penggagasnya sendiri seperti Everett M. Rogers), karena dianggap terlalu ideologis, utopis, dan totaliter.
Saya
tertarik mengamati geliat citizen journalism di Indonesia lewat diskusi dengan
teman-teman aktivis soal open source reporting yang tampaknya senada betul
dengan tulisan-tulisan Pepih Nugraha di harian Kompas, yang mengangkat
hal-ihwal participatory journalism.
Saya mengikuti Indonesiasatu.net yang memproklamirkan diri sebagai jurnalisme warga. Undangannya untuk menjenguk situs ini meyakinkan, tampilannya tergarap dengan baik (walau updatingnya lambat), ada profil warga teladan, tapi jujur saja saya kecewa karena tidak menemukan sesuatu yang berbeda dengan harian lain.
Ini seperti membaca berita lokal dari koran lokal yang bisa diakses lewat online media lokal, tanpa situs ini perlu memproklamirkan diri sebagai (sosok) pengusung jurnalisme warga.
Saya mengikuti Indonesiasatu.net yang memproklamirkan diri sebagai jurnalisme warga. Undangannya untuk menjenguk situs ini meyakinkan, tampilannya tergarap dengan baik (walau updatingnya lambat), ada profil warga teladan, tapi jujur saja saya kecewa karena tidak menemukan sesuatu yang berbeda dengan harian lain.
Ini seperti membaca berita lokal dari koran lokal yang bisa diakses lewat online media lokal, tanpa situs ini perlu memproklamirkan diri sebagai (sosok) pengusung jurnalisme warga.
Sumber : http://lunjap.wordpress.com
Nama Kelompok: Aisha Deane.P, Fitri Purwandari, Husnul
Khatimah, Intan Aydha.P, Wilantika Ferisca Claudia.I
0 komentar:
Posting Komentar