Oleh: Fitri Andani
Bulan
Ramadhan, pada libur sekolah
Memang
selalu menjadi harapan
“ngabuburit”
jalan santai sore
Sambil
menunggu azhan maghrib
Memang
selalu asyik dilakukan
Saya
terpikat oleh isu teman, tentang
masjid
nuansa tiongkok yang ada di daerah saya sendiri
sayapun
meluruskan niat, untuk menapaki kaki ini
di
Masjid tiongkok untuk mengisi ngabuburit hari ini.
Menurut berbagai
sumber menyebutkan bahwa alamat lengkap masjid tersebut yaitu di Jalan Raya Kampung Sawah No. 100 , RT02/RW08, Kampung Bulak Rata, Kelurahan Pondok Rajeg, Kecamatan Cibinong, Kabupaten
Bogor
tersebut ternyata tidak ada angkutan umum untuk akses kesana. Walaupun ada, itu
sangat jarang, sehingga mengharuskan menggunakan kendaraan pribadi baik motor
ataupun mobil. Menurut pengamatan saya selama dalam perjalanan, Hal tersebut
bukan karena kondisi jalan yang rusak parah ataupun kondisi jalan yang sangat
sempit, melainkan keadaan lingkungan yang masih sepi dari permukiman membuat
angkutan umum tidak melewati rute daerah ini.
Keberadaan
masjid ini sangat dikenal di dunia maya, sehingga saya mudah mencari alamatnya.
Namun sangat bertolak belakang ketika saya dalam perjalanan kesana menanyakan
alamat tersebut kepada warga, kebanyakan mereka mengaku tidak kenal dengan
alamat itu. Itu membuat saya merasa aneh, bahkan saya sempat berputar-putar
didaerah itu. Dan akhirnya ada beberapa warga yang mengetahuinya namun mereka
mengatakan bahwa masjid itu sudah tutup. Semua hal itu menjadi tantangan buat
saya untuk mencari tahu yang sebenarnya, ada apa dengan masjid tan kok liong
itu?.
Sesampai disana,
terpampang gerbang sederhana dengan disampingnya terdapat beberapa kolam kecil
yang berjajar rapi. Dari gerbang tersebut masjid tan kok liong yang berlantai empat
tersebut sudah sangat terlihat indah dan mengagumkan. Memasuki kawasan yang
memiliki luas sekitar satu hectare tersebut saya disambut oleh beberapa penjaga
yang sedang merenovasi suatu gedung berlantai satu yang ternyata merupakan
asrama bagi para santri pesantren At’tabbiin, namun sambutan itu terasa sangat
rahasia bagi saya. Ya, masjid tan kok liong merupakan bagian dari pesantren
Attabiin yang dibangun di di wilayah masjid itu.
Salah seorang
penjaga mengatakan bahwa sedang ada renovasi dan pemilik masjid yang bernama Mohammad Ramdan Effendi atau lebih dikenal dengan nama Anton sedang tidak
ada di lokasi. Saya mencoba meminta izin untuk melihat-lihatnya sebentar saja
disekitar masjid, dan beruntung, saya diberikan izin.
Bangunan yang menjulang tinggi itu didominasi
warna merah dan warna hijau pekat.
Ornamen naga terpampang di semua
sudut atapnya yang tersusun empat lantai. Yang
terdiri dari Lantai dasar yang digunakan untuk kantor pesantren, kemudian lantai satu dan dua untuk shalat dan tiga serta empat dikosongkan. Terdapat
sebuah kuba yang menjadi ciri bahwa bangunan ini adalah sebuah masjid, uniknya Kubah masjidnya berukuran kecil dan berwarna
emas seperti kubah emas berada di atap depan
lantai dasar
tersebut tidak seperti pada masjid umumnya, yang mana kubahnya tersebut selalu
paling atas keberadaannya. Kemudian, untuk menuju lantai atas dapat melalui
sebuah tangga yang cukup besar dan berada disamping bagunan tersebut.
Bangunan
tersebut memiliki Cat dinding yang berwarna merah, sedangkan pilarnya disertai warna merah marun, namun ada juga dua
beberapa pilar yang berwarna keemasan. Kemudian
pada bagian atapnya berwarna hijau dan terdapat
banyak Ornamen naga khas arsitektur Tiongkok yang menghiasi semua sudut atapnya yang bertingkat tiga. Kemudian terdapat Papan nama yang bertuliskan “Masjid Jami Tan Kok Liong” bergaya tulisan
Tiongkok,
dan terdapat lafaz Allah pada pucuk
atapnya. Saya
menemukan bebrapa cirri yang dapat menjadi tanda bahwa bangunan ini adalah
sebuah masjid, yaitu pertama tentunya terdapat lafal Allah pada pucuk atapnya. kemudian papan namanya yang jelas bertuliskan "Masjid Jami' Tan Kok Liong". Dan
selanjutnya yaitu, kubah emas walau berukuran tida
sangat besar terdapat di bagian atap.
Itu lah hal yang
unik dari masjid antic ini. Saya kembali memfokuskan untuk mendapatkan secara
langsung mengenai cerita-cerita yang berkembang tentang sejarah masjid ini,
namun saya baru ingat bahwa pemilik tempat ini sedang tidak ada di lokasi.
Menurut berbagai sumber di media oline,
menyebutkan bahwa masjid Jami' Tan Kok Liong mulai dibangun pada
2005 dengan dana 2 Milyar Rupiah. Ide awalnya muncul
dalam kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Cina tahun 2004. Dalam kunjungan
tersebut, Presiden Yudhoyono berusaha meyakinkan pengusaha Cina supaya bersedia
menanamkan modalnya di Indonesia. Anton pendiri masjid ini, yang hanya melihat acara tersebut di
televisi, tergerak untuk menunjukkan kepada pengusaha Cina bahwa komunitas
Tionghoa di Indonesia diakui dan dilindungi pemerintah.
Bermodal keuntungan usaha percetakan dan
sablon bagi peserta Pemilu 2004, Anton mulai mendesain bentuk masjid bergaya
klenteng. Dia mendesain sendiri tanpa jasa arsitek atau desainer interior.
Untuk mewujudkannya, Anton berburu VCD bentuk-bentuk istana di Cina ke Pluit.
Dari berbagai bentuk itu akhirnya terpilih tiga istana: Istana Dinasti Ching,
Ming, dan Han. Pilihan jatuh pada istana Dinasti Ching, yang mendekati
kemiripan dengan desain masjid di Indonesia.
Menurut Anton
yang diambil dari kutipan vivanews.com, Nama Tan Kok Liong sendiri
diambil dari
nama kecil Anton Medan dan sebelum membangun masjid, dirinya melakukan survei
terhadap bangunan-bangunan kuno China. Dia membandingkan bentuk bangunan pada
masa Dinasti Qing, Ming, dan Han. "Saya akhirnya memilih tipe istana
Dinasti Qing, yang mendekati kemiripan dengan desain masjid di Indonesia dan
Saya sendiri yang merancang masjid ini. Untuk membangunnya, saya habiskan waktu
4 bulan 17 hari " ungkapnya kepada
vivanews.com.
walupun
kunjungan ini kurang memuaskan bagi saya, saya tetap merasa beruntung
menyaksikan secara langsung masjid nuansa tiongkok ini.
|
|
0 komentar:
Posting Komentar