Papua pun Dipilih Jadi Calon
Ibu Kota Indonesia
Fiddy Anggriawan - Okezone
Jum'at, 18 Januari 2013 14:47 wib
JAKARTA - Santernya wacana pemindahan
Ibu Kota ke daerah lain membuat banyak pihak beropini untuk menentukan tempat
yang pas untuk jadi pusat pemerintahan. Selain Kalimantan, ternyata Papua
menjadi salah satu tempat alternatif pusat pemerintahan Indonesia.
Menurut Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y. Tohari, wacana tentang pemindahan Ibu Kota itu sudah terlalu lama berlangsung di berbagai forum. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun sudah membentuk tim pengkajian.
"Pimpinan MPR sudah setuju dan sudah lama pula mewacanakan. Ketua DPR menyatakan setuju. Pemerintah Daerah juga sudah setuju. Para pengamat juga sudah sepakat. Tetapi, sayangnya semua persetujuan dan dukungan itu dilakukan di luar forum-forum yang resmi dan formal," jelasnya saat dihubungi wartawan, Jumat (18/1/2013).
Hajriyanto memang mengaggap hal ini agak "aneh bin ajaib." Sesuatu yang sedemikian penting dan strategis dibicarakan secara informal. Budaya informalitas memang telah membudaya secara luas di negeri ini, dan sudah menjadi penyakit bangsa, informalitas.
Bahkan, soal bangsa dan negara pun dikelola secara informalitas. Tak heran jika wacana-wacana saja yang berkembang. "Wacana pemindahan Ibu Kota juga telah berkembang menjadi wacana yang berkepanjangan alias berketiak ular tanpa hasil sama sekali," tegasnya.
Kini yang diperlukan adalah kesepakatan secara formal dan offisial serta langkah nyata. "Segera bentuk UU, Instruksi Presiden atau Keputusan Presiden soal Ibu Kota baru. Saya rasa pilihan paling baik adalah di Pulau Kalimantan, alternatif kedua adalah di Papua," tutupnya.
(ahm)
Menurut Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Y. Tohari, wacana tentang pemindahan Ibu Kota itu sudah terlalu lama berlangsung di berbagai forum. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun sudah membentuk tim pengkajian.
"Pimpinan MPR sudah setuju dan sudah lama pula mewacanakan. Ketua DPR menyatakan setuju. Pemerintah Daerah juga sudah setuju. Para pengamat juga sudah sepakat. Tetapi, sayangnya semua persetujuan dan dukungan itu dilakukan di luar forum-forum yang resmi dan formal," jelasnya saat dihubungi wartawan, Jumat (18/1/2013).
Hajriyanto memang mengaggap hal ini agak "aneh bin ajaib." Sesuatu yang sedemikian penting dan strategis dibicarakan secara informal. Budaya informalitas memang telah membudaya secara luas di negeri ini, dan sudah menjadi penyakit bangsa, informalitas.
Bahkan, soal bangsa dan negara pun dikelola secara informalitas. Tak heran jika wacana-wacana saja yang berkembang. "Wacana pemindahan Ibu Kota juga telah berkembang menjadi wacana yang berkepanjangan alias berketiak ular tanpa hasil sama sekali," tegasnya.
Kini yang diperlukan adalah kesepakatan secara formal dan offisial serta langkah nyata. "Segera bentuk UU, Instruksi Presiden atau Keputusan Presiden soal Ibu Kota baru. Saya rasa pilihan paling baik adalah di Pulau Kalimantan, alternatif kedua adalah di Papua," tutupnya.
(ahm)
Sumber: okezone.com
Nama kelompk:
-Febinia Sarah Tosy
- Natasya saraswati
- Siti Hazard Aldina
- Rizka Nadiassyifa
Hala
-Siti Masithah Fitri
Lestary
-Zulfa Fathimah
0 komentar:
Posting Komentar