“Hidup layaknya roda yang terus berputar” Istilah itu yang aku akui kebenarannya. Aku pernah ada dalam bagian atas kehidupan,dimana hatiku melambung tinggi menikmati takdir indah. Menikmati segala kelebihan,mengurangi segala kekurangan dan mensyukuri semua yang telah diberikan. Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk orang-orang disekitarku,bukan karena pengharapan pujian tetapi aku hanya ingin bermanfaat bagi orang lain. Kejayaan dan kemenangan yang nyata.
Membicarakan tentang “Titik Nadir Kehidupan”, titik nadir mempunyai arti umum, yaitu “Dimana seseorang berada di titik paling rendah bulatan cakrawala”. Titik dimana seseorang merasa itu adalah saat – saat paling gelap. Terpuruk kepada sebuah keadaan yang tidak meyakinkan. Saat segalanya berjalan bertolak belakang dengan semua harapan. Saat impian jauh dari kenyataan. Saat jiwa kita terasa hampa, pikiran kosong, dan ide-ide terpenjara. Saat kita merasa, tak mampu berbuat apa-apa.
Inilah saat paling buruk dan paling sulit dalam fase kehidupan manusia. Kemarahan, kebencian dan sikap antipati biasanya berkumpul dalam hati dan pikiran. Ledakan emosi sulit untuk dikontrol dan biasanya ( kalau seseorang tidak kuat ) diiringi dengan tindakan2 bodoh lainnya. Kita merasa seperti seorang yang hidup sendiri dalam suatu keramaian. "Mendung seakan menjadi teman, karena matahari tertutup awan"
Ketika kita berada di titik ini, kadang kala kita merasa sebagai orang yang paling susah dan paling menderita. Nasehat orang pun kadang kita anggap angin lalu.
”Sabar”, ”Ikhlas”, dan ”Tawakal”. Tiga kata ini sering kali kita dengar ketika orang coba memberi empati pada keadaan kita. Klise? Memang! Tapi memang itulah yang bisa kita lakukan untuk terus menjalani hidup di kala cuaca kurang bersahabat.
Dari titik inilah kita bergerak. Berjuang bagaimanapun keadaannya. Berat ataupun Ringan. Sampai kita payah, sampai lelah, menjadi kelelahan sendiri mengejar kita yang tak kenal lelah. Sampai tbuh melepuh tak sanggup lagi untuk berjuang. Entah sampai kapan. “Jika orang mengatakan time is money, kita mengatakan time is for God,”
Perlahan menerjang setiap masalah yang ada, walau membuat sakit seluruh jiwa dan raga ternyata lebih mampu mengatasi masalah. Harapan harus terus di pupuk, doa harus terus di rajut, pasrah tanpa menyerah, sabar dengan usaha, terus berjalan walau harus terluka.
Buah yang terpetik dari derita usaha, manis sekali rasanya
SUMBER:Dini Nura'ini 's Blog(www.dunianakremaja.blogspot.com)
Re-Blog:Cita,Fischa,Heidy,Kiki,Imel
0 komentar:
Posting Komentar