Sabtu, 02 Februari 2013

Citizen Journalism


Apa Itu “Citizen Journalisme”?
            Lebih mudah mengidentifikasi bukan mendefinisikan,citizen journalism sebagai warga biasa yang tidak terlatih sebagai wartawan profesional,namun dengan peralatan teknologi informasi yang dimilikinya bisa menjadi saksi mata atau sebuah peristiwa yang terjadi di sekitarnya,meliput, mencatat, mengumpulkan, menulis, dan menyiarkannya di media online karena memiliki semangat berbagi dengan pembaca lainnya. Selain citizen journalism, nama lainnya yang sering muncul untuk menunjukkan kegiatan warga menulis laporan peristiwa di internet adalah Participatory Journalism,Public Journalism,Democratic Journalism,Independent Journalism,Wiki Journalism,Open-Source Journalism,dan Street Journalism.
Unsur-Unsur Citizen Journalism   :
v  Warga biasa,
v  Bukan Wartawan profesional,
v  Terkait fakta atau peristiwa yang terjadi,
v  Memiliki kepekaan atas fakta atau peristiwa yang terjadi itu,
v  Memiliki peralatan teknologi informasi,
v  Memiliki keingintahuan yang tinggi,
v  Memiliki kemampuan menulis atau melaporkan,
v  Memiliki semangat berbagi informasi dengan yang lainnya,
v  Memiliki blog pribadi atau blog sosial dan akrab dengan dunia online,
v  Menayangkan hasil liputannya di media online seperti blog atau media sosial,
v  Tidak berharap imbalan atas apa yang ditulisnya.

J.D. Lasica, dalam Online Journalism Review (2003), mengategorikan media citizen journalism ke dalam 5 tipe :
  1. Audience participation (seperti komenter user yang diattach pada kisah-kisah berita, blog-blog pribadi, foto, atau video footage yang diambil dari handycam pribadi, atau berita lokal yang ditulis oleh anggota komunitas).
  2. Situs web berita atau informasi independen (Consumer Reports, Drudge Report).
  3. Situs berita partisipatoris murni (OhmyNews).
  4. Situs media kolaboratif (Slashdot, Kuro5hin).
  5. Bentuk lain dari media ‘tipis’ (mailing list, newsletter e-mail).
Situs penyiaran pribadi (situs penyiaran video, seperti KenRadio).

Citizen Journalism di Indonesia

Saya mulai mengamati fenomena public journalism di pertengahan 1990-an. Satu hal yang menggelitik saya adalah apakah konsep development journalism atau jurnalisme pembangunan yang diajarkan dalam kurikulum studi jurnalistik tahun 1980-1995an (saya adalah salah satu produknya!) merupakan wujud public journalism? Saya putuskan, TIDAK.

Pertama, aspek partisipatorinya tidak nyata. Isu tetap diputuskan oleh media yang bersangkutan (acap atas ‘restu’ Departemen Penerangan)—walau slogan pembangunan, di manapun, selalu menyatakan mengabdikan diri pada kepentingan publik.

Kedua, ideologi jurnalisme pembangunan pada dasarnya adalah ideologi komunikasi pembangunan yang sudah bangkrut di tahun 80-an (dibangkrutkan oleh para penggagasnya sendiri seperti Everett M. Rogers), karena dianggap terlalu ideologis, utopis, dan totaliter.
Saya tertarik mengamati geliat citizen journalism di Indonesia lewat diskusi dengan teman-teman aktivis soal open source reporting yang tampaknya senada betul dengan tulisan-tulisan Pepih Nugraha di harian Kompas, yang mengangkat hal-ihwal participatory journalism.

Saya mengikuti
Indonesiasatu.net yang memproklamirkan diri sebagai jurnalisme warga. Undangannya untuk menjenguk situs ini meyakinkan, tampilannya tergarap dengan baik (walau updatingnya lambat), ada profil warga teladan, tapi jujur saja saya kecewa karena tidak menemukan sesuatu yang berbeda dengan harian lain.

Ini seperti membaca berita lokal dari koran lokal yang bisa diakses lewat online media lokal, tanpa situs ini perlu memproklamirkan diri sebagai (sosok) pengusung jurnalisme warga.
Nama Kelompok: Aisha Deane.P, Fitri Purwandari, Husnul Khatimah, Intan Aydha.P, Wilantika Ferisca Claudia.I

0 komentar: