Jumat, 19 Agustus 2011


Marfu Hidayat
Umrah dan Berpuasa di Mekkah…

Ramadhan memang bulan yang sangat di tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Bulan yang penuh berkah dan dapat merasakan nikmatnya berbuka puasa bersama keluarga, Karena Ramadhan memang menjadi alasan utama untuk berkumpul dengan keluarga di tengah kesibukan sehari-hari. Namun bagaimana rasanya melaksanakan puasa di Negeri orang? Yang jauh dari sanak saudara?. Memang banyak sekali warga Negara Indonesia yang merasakan bulan Ramadhan di negeri orang. Misalnya para mahasiswa yang belajar di luar negeri, keluarga yang sekedar liburan, atau bahkan seorang yang melaksanakan Ibadah Umrah disana, seperti Pak Marfu ini.
Sepulang dari Tanah Suci 2 hari yang lalu, Pak Marfu bersedia berbagi ceritanya dengan kami reporter jurnalistik pesat. “ya, tujuannya ke Mekkah sih sebenarnya ingin Ibadah Umrah tapi karena waktunya pas sama bulan puasa jadi saya berpuasa disana.” Tuturnya diawal wawancara. Lalu ketika ditanya apa perbedaan suasana Ramadhan di Mekkah dengan di Indonesia beliau menjawab “kalau disana kegiatan agamanya sangat kental dan ibadahnya lebih khusyuk”, ujarnya . “soalnya kalau taraweh di Indonesia itu suka berisik banyak orang ngobrol, anak-anak bercanda sampai main petasan nggak kayak di Mekkah suasananya tenang” tambahnya seraya berharap suasana ibadah di Indonesia bisa seperti suasana di Mekkah.
Setiap Negara di Dunia pasti mempunyai ciri khas masing-masing dalam menyambut Bulan Suci Ramadhan. Dan menurut Pak Marfu Ramadhan di Mekkah itu suasananya lebih tenang tidak begitu ramai dan tentu nya lebuh khusyuk. Ciri khas makanannya juga ada beberapa yang sama seperti di Indonesia misalnya Kurma, tapi selama di Mekkah saya lebih sering mencari makanan di khas Indonesia. Tuturnya masih dengan semangat menceritakan pengalamannya. Selama berada di Mekkah, Bapak yang merupakan ayah dari Laila salah satu siswi Student Day Jurnalistik ini mengaku bahwa sangat merindukann suasana berbuka dan sahur bersama keluarga di Indonesia, “kalau kangen sih sering, biasanya saya menelpon istri dan anak-anak saya. Tentunya dengan menyesuaikan waktu. Kan waktu saya sahur belum tentu mereka lagi sahur juga.”.
Bepuasa di Negeri orang memang meninggalkan kesan tersendiri. Lalu apa kesan Bapak menjalankan puasa disana? “kesannya sayak nggak akan pernah kapok berkunjung kesana, malah ketagihan. Saya mau kesana lagi, tapi lebih seneng lagi kalo ditemani sama keluarga .” Katanya penuh harap

diposting oleh :.

  • dina ghufrani
  • elsa kartika sari
  • intan miranti
  • lalila nur rahmawati
  • rahma meilina
  • rizqy nur amalia
  • siti meisiyah

0 komentar: