Sabtu, 23 Januari 2010

Bioskop... oh Bioskop

Lagi, ini ketiga kalinya saya kebioskop minggu ini, yang pertama bersama teman, yang kedua bersama keluarga, yang terakhir ini saya pergi dengan sahabat dekat saya. Meskipun film yang kali ini kami tonton ada dua, tapi sahabatku entah kenapa berwajah agak serius ketika hendak memilih film. Tak diduga ternyata dia memilih dua film yang bertolak belakang, film 2012 dan salah satu film horor Indonesia yang saya lupa judulnya apa.
Setelah kami antri dan membeli tiket, kami dapat tiket kedua film tersebut dan film yang lebih dulu kami tonton adalah film horor lokal. Sahabat saya tersenyum dan menepuk pundak saya sambil berkata, “sebentar lagi kita bakal liat semut disebrang lautan terlihat, tapi gajah didepan mata tak terlihat” ujarnya sambil berlalu. Saya mengejarnya dengan kepala penuh tanya, apa maksud “semut disebrang lautan terlihat tapi gajah didepan mata tak terlihat” yang dia ucapkan barusan? Kenapa juga dia memilih dua film yang bertolak belakang itu?
Akhirnya, film pun segera diputar, kami masuk kedalam studio dan mulai menikmati film horor lokal yang disajikan. Adegan demi adegan berlalu, makin banyak pertanyaan dibenak saya yang muncul. Hampir hanya berselang beberapa adegan, adegan-adegan “hot” itu bermunculan. Dan sering kali nyaris mempertontonkan adegan yang tak seharusnya tidak dipertontonkan. Saya tengok Sahabat saya, dia nampak tidak begitu menikmati film, namun tatapan seriusnya tak kunjung hilang. Rasa penasaran saya makin memuncak ketika malah Sahabat saya itu malah membuka handphone-nya dan malah sibuk mengetik sesuatu.
Akhirnya, film horor itu selesai, saat kami keluar, ternyata, hanya kami berdua saja yang sama-sama laki-laki, sisanya pasangan-pasangan belia yang nampak mesra bergandeng tangan dan semacamnya. Sahabat saya hanya mengepalkan tangan ketika dia melihat ada pasangan yang jelas-jelas umurnya dibawah kami. Sahabat saya ini memang agak aneh memang, dia sering membuat kejutan-kejutan yang tak terduga dan terkadang dari hal sepele.
Selang waktu antara film pertama dan ada sekitar 30 menit, saya memutuskan untuk bertanya padanya tentang semua pertanyaan yang ada dibenak saya. Namun, belum kata-kata saya keluar, dia telah berkata duluan, “gw yakin lw pasti mau nanya, kan? Simpen pertanyaan lw itu sampai nanti kita nonton 2012” katanya sambil mengantongi tangan.
Setelah beberapa saat kemudian, film yang kami tunggu segera dimulai, kami pun masuk studio. Dan saya sedikit heran dengan banyaknya penonton yang didominasi orang-orang berumur bahkan beberpa di antara mereka memakai jilbab atau bahkan kopiah. Film pun diputar, adegan-demi adegan yang diputar banyak yang menguji adrenalin. Hingga akhirnya film usai pun, kami menikmati flm tersebut. Sahabat saya tersenyum lebar penuh kepuasan. Dan benak saya makin di penuhi dengan pertanyaan yang saling bermunculan.
Akhirnya, saya menagih janjinya. Dia pun menjelaskan panjang lebar, tapi meskipun tak banyak isi perkataannya yang saya dapat, tapi saya dapat mengerti bahwa dia merasakan kekecewaan yang amat mendalam.
Film-film horor lokal yang kebanyakan menayangkan adegan yang menyerempet ke arah asusila atau kekerasan. Yang paling membuat sahabat saya kecewa adalah, kenapa film-film horor lokal yang banyak mengandung kekerasan dan pelecehan seksual amat marak dan bisa beredar bebas tanpa hambatan, sementara film 2012 yang hanya membahas perkiraan kiamat menurut bangsa barat dan malah lebih banyak mengajarkan tentang tidak layaknya antar etnis, agama atau kelompok untuk saling merusak satu sama lain dan mengajarkan bahwa semua agama itu memang berbeda namun memilki satu tujuan, yaitu menyembah Tuhan yang maha Esa, entah sang Pencipta yang disebut sebagai Allah, Yesus, Yahweh, atau apapun yang menjadi sesembahan tiap agama.
Namun, film-film horor yang sering ditayangkan yang kebanyakan malah merusak budi pekerti anak-anak bangsa, malah banyak tayang nyaris tanpa celaan. Jika tayangan tersebut masih saja dikonsumsi oleh muda-mudi Indonesia atau bahkan Dunia, maka jangan heran jika kiamat 2012 itu terjadi. Arti kiamat disini adalah kiamat moral, kehancuran moral yang akan terjadi pada penerus bangsa ini.
Setelah saya pikirkan kata-kata tersebut, makin jelas maksud Sahabat saya “semut diseberang laut terlihat tapi gajah didepan mata tak terlihat”. Dia menyindir Lembaga Sensor Negara dan lembaga-lembaga agama yang sering meributkan film yang memandang Tuhan dan Agama dengan cara berbeda daripada film-film horor yang 90% adegan “Hot” dan 10% horor.


Fathy Ahmad Ibrahim
23 januari 2010, Panggung Gedung Unggulan

0 komentar: