Sabtu, 28 Mei 2011

Bahan Makanan Berformalin Merugikan Konsumen

Masih segar diingatan kita kasus makanan berformalin yang menghebohkan masyarakat. Respon awal masyarakat terhadap isu formalin begitu heboh, sampai-sampai masyarakat tidak mau lagi mengkonsumsi bakso dan mie serta bahan makanan yang diindikasikan mengandung formalin. Akan tetapi isu tersebut cepat hilang seperti seperti asap yang tertiup angin. Saat ini masyarakat sudah lupa bahwa disekitar mereka terdapat begitu banyak bahan makanan yang mengantung formalin. Isu formalin yang sempat menjadi isu nasional hilang begitu saja, dan masyarakat sekarang mulai tidak begitu care atas makanan yang dikonsumsinya. Padahal, bahan makanan yang berfomalin dapat memicu timbulnya berbagai macam penyakit yang berbahaya bagi manusia.

Fromalin merupakan larutan yang tidak berwana dan baunya sangat menusuk. Di dalam formalin terkandung sekitar 37% formaldehid dalam air. Biasanya ditambah metanol hingga 15% sebagai pengawet. Barang ini biasa digunakan sebagai bahan perekat untuk kayu lapis dan disinfektan untuk peralatan rumah sakit serta pengawet mayat.

Bahaya formalin jika terhirup, mengani kulit dan tertelan, bisa menyebabkan luka bakar, iritasi pada saluran pernafasan, reaksi alergi, dan bahaya kanker pada manusia. Bila tertelan sebanyak 2 sendok makan saja atau 30 mL formalin bisa menyebabkan kematian. Gejala yang ditimbulkan jika formalin tertelan, mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan, mual, muntah, diare, kemungkinan terjadi perdarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi, kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu, juga bisa menyebabkan kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf pusat dan ginjal.

Formalin sering dimanfaatkan untuk:

  • Pembunuh Kuman, sehingga dimanfaatkan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian.
  • Pembasmi lalat dan berbagai serangga lain.
  • Bahan pembuatan sutra buatan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.
  • Dalam dunia fotografi biasanya digunakan untuk pengeras lapisan gelatin dan kertas.
  • Bahan pembuatan urea.
  • Bahan pembuatanparfum.
  • Bahan pengawet produk kosmetika dan pengeras kuku, biasanya dipakai untuk pengawet mayat.
  • Pencegah korosi untuk sumur minyak.
  • Bahan untuk insulasi busa.
  • Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)
  • Dalam konsentrasi yang sangat kecil(1 persen) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, sampo mobil, lilin dan karpet.

Coba kita bayangkan, seandainya formalin yang seringkali dimanfaatkan untuk hal seperti di atas kita konsumsi setiap hari. Tentunya akan membawa dampat yang buruk bagi kesehatan kita.

Beberapa makanan yang ditemukan mengandung formalin sebagai pengawet di antaranya mie basah, tahu, baso, ayam dan ikan serta beberapa hasil laut lainnya. Untuk mengetahui apakah beberapa makanan seperti mie, tahu dan baso berformalin, berikut ciri-cirinya.

Ciri-ciri mie basah berformalin. Tidak rusak sampai dua hari pada suhu kamar (25 derajat celcius) dan bertahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celsius). Tidak lengket dan mie lebih mengkilap dibandingkan mie normal. Bau agak menyengat seperti bau formalin.

Ciri-ciri tahu berformalin. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar 25 derajat Celsius dan bisa tahan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es (10 derajat celsius). Tahu terlampau keras, kenyal namun tidak padat. Bau agak menyengat.

Ciri-ciri ikan segar atau hasil laut berformalin. Tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar (25 derajat C). Warna insang merah tua tidak cemerlang, bukan merah segar dan warna daging ikan putih bersih. Bau formalin atau agak menyengat.

Ciri-ciri ikan asin berformalin. Tidak rusak sampai lebih dari 1 bulan pada suhu 25 derajat celsius. Bersih cerah dan tidak berbau khas ikan asin. Tidak dihinggapi lalat di area berlalat.

Ciri-ciri baso berformalin. Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar 25 derajat celsius, teksturnya sangat kenyal dan bau formalin agak menyengat.

Ciri-ciri ayam berformalin. Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar 25 derajat Celsius, teksturnya kencang dan bau formalin tercium.

Selain formalin, bahan pengawet yang sering digunakan oleh produsen yang tidak bertanggung jawab adalah Boraks. Boraks merupakan senyawa berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau dan stabil pada suhu tekanan normal.Boraks merupakan senyawa kimia berbahaya untuk pangan dengan nama kimia natrium tetrabonat (NaB4O7 10H2O). Dapat dijumpai dalam bentk padat dan jika larut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam borat (H3BO3). Boraks atau asam borat biasa digunakan sebagai bahan pembuat deterjen, bersifat antiseptik dan mengurangi kesadahan air. Bahan berbahaya ini haram digunakan untuk makanan.

Bahaya boraks jika terhirup, mengenai kulit dan tertelan bisa menyebabkan iritasi saluran pernafasan, iritasi kulit, iritasi mata dan kerusakan ginjal. Jika boraks 5-10 gram tertelan oleh anak-anak bisa menyebabkan shock dan kematian.

Efek akut dari boraks bisa menyebabkan badan berasa tidak enak, mual, nyeri hebat pada perut bagian atas, perdarahan gastro-enteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam dan sakit kepala.

Penyelahgunaan boraks untuk makanan telah ditemukan pada mi basah, bakso, kerupuk dan jajanan lainnya.Untuk mengetahui makanan mengandung boraks ciri-cirinya sebagai berikut.

  1. Ciri-ciri mi basah mengandung boraks. Teksturnya kenyal, lebih mengkilat, tidak lengket, dan tidak cepat putus.
  2. Bakso mengandung boraks, Teksturnya sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging namun lebih cenderung keputihan.
  3. Jajanan (seperti lontong) mengandung boraks, Teksturnya sangat kenyal, berasa tajam, seperti sangat gurih dan membuat lidah bergetar dan memberikan rasa getir.
  4. Kerupuk mengandung boraks, Teksturnya renyah dan bisa menimbulkan rasa getir.

Adanya keinginan dari sebagian produsen yang tidak bertanggung jawab dan hanya mementingkan keuntungan semata, serta ketiadaan sanksi hukum yang ditegakan dengan baik makin memperbanyak bahan makanan yang merugikan konsumen. Kita sebagai konsumen diharuskan berhati-hati dalam memilih makanan yang akan kita konsumesi, agar kita terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh makanan yang kita konsumsi setiap hari.

(Dari berbagai sumber)

Oleh : Alif Nugraha (XU2)


0 komentar: