Sabtu, 28 Januari 2012

Kebudayaan Luar VS Kebudayaan Indonesia








Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Terdiri dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau. Masing-masing suku bangsa memiliki keanekaragaman budaya tersendiri.Di setiap budaya tersebut terdapat nilai-nilai sosial dan seni yang tinggi. Pada kondisi saat ini kebudayaan mulai ditinggalkan, bahkan sebagian masyarakat Indonesia malu akan kebudayaannya sebagai jati diri sebuah bangsa. Hal ini mengakibatkan hilangnya keanekaragaman budaya Indonesia secara perlahan-lahan, yang tidak terlepas dari pengaruh budaya luar dan karakter mayarakat Indonesia yang suka meniru. Faktor arus globalisasi adalah salah satunya.

Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang.

Globalisasi yang paling terasa pengaruhnya terhadap budaya Indonesia adalah teknologi dan kemajuan-kemajuan dalam mengakses informasi lebih mudah. Sehingga budaya-budaya luar mudah masuk ke Indonesia secara mudah juga. Mengakses informasi tentang budaya-budaya luar itu biasanya dilakukan lewat internet, seperti situs-situs jejaring sosial yang menginformasikan budaya-budaya luar itu.

"Kebudayaan Indonesia yang mulai dilupakan oleh masyarakat sendiri dikarenakan oleh mudahnya budaya luar yang masuk ke Indonesia secara cepat dan pikiran anak muda sekarang yang mengangap bahwa budaya-budaya luar lebih keren dibandingkan oleh budaya Indonesia yang kuno", jelas Dimas siswa SMA Plus PGRI Cibinong.

Kalau sudah seperti ini popularitas budaya Indonesia di negaranya sendiri menjadi turun. Orang-orang lebih mepelajari budaya-budaya luar yanglebih keren menurut mereka, dan meyebabkan budaya-budaya di Indonesia menjadi kurang di kenal oleh masyarakatnya. Faktor lain selain teknologi dan informasi adalah kurangnya sosialisasi kepada anak-anak pada usia dini tentang budaya negaranya sendiri.

"Banyak orang tua yang tidak mengajarkan kebudayaan-kebudayaan Indonesia kepada anaknya, sehingga mereka menjadi kurang dan bahkan tidak kenal dengan budaya negaranya sendiri", ujar Dean salah satu murid SMA Plus PGRI Cibinong lagi yang saya wawancara sebelum masuk ke kelas student day seni lukis.

Tidak dipungkiri lagi bahwa memang budaya Indonesia satu persatu mulai terkikis popularitasnya oleh budaya-budaya luar. Mulai dari tarian-tarian tradisional yang mulai sedikit peminatnya dibandingkan tarian-tarian modern seperti breakdance dan shuffle, sampai cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas- jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

Bahkan yang lebih parahnya lagi banyak kita temukan dan bahkan kita lihat langsung di jalan-jalan atau di media-media baik cetak maupun elektronik sudah banyak yang menggunakan bahasa yang bukan asli bahasa Indonesia, seperti Visit Indonesia, dan iklan-iklan komersial lainnya banyak sekali yang menggunakan bahasa-bahasa asing yang menurut mereka mungkin lebih keren cara membacanya dan lebih hebat keliatannya dibandingkan dengan bahasa-bahasa Indonesia sendiri. Bahasa-bahasa luar itupun kadang-kadang dipadukan dengan bahasa Indonesia yang membuat nilai bahasa Indonesia secara tidak langsung seperti dilecehkan oleh masyarakatnya sendiri.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?

Lalu, bagaimana kita mencegah agar semua keanekaragaman budaya di Indonesia tetap lestari? Ada banyak cara yang bisa kita lakukan. Salah satunya, adalah mulailah mengenalkan anak-anak pada usia dini tentang budaya Indonesia, agar mereka bangga akan budayanya negara mereka sendiri, dan lebih mengenal budaya kita secara baik. Tapi, bagaimana dengan remaja sekarang yang lebih suka terhadap budaya-budaya luar yang menurut mereka lebih keren? Caranya yaitu adalah mengenalkan mereka terhadap budaya-budaya Indonesia dengan cara-cara yang unik dan mudah diterima dikalangan remaja, serta jangan MALU dengan budaya sendiri, agar kita tidak TERSESAT di dalam negara kita sendiri.


Foto-Foto Reportase kepada orang yang saya wawancara :




Rony Anugrah

XI IPA Unggulan 5

0 komentar: