Jumat, 05 Februari 2010

PINTU RUMAH TAK SAMA DENGAN PINTU HATI

“Dalamnya laut bias di ukur, tapi dalamnya hati siapa yang tau”. Kita pasti pernah mendengar pepatah itu, ya, sama seperti isi rumah seseorang yang kita kunjungi. Kita pasti tau isi rumah itu setelah kita dipersilakan masuk oleh yang punya rumah. Tapi tak ada yang tau apa sebenarnya isi hati manusia.

Setiap kita mengetuk pintu rumah orang, pasti yang punya rumah bertanya, ‘cari siapa ? ada keperluan apa ?", jika tak ada teras rumah dan jika benar ada keperluan, maka langsung dipersilakan masuk, tapi jika kita mengetuk hati manusia, tak selamanya pintu hati itu terbuka lebar seperti pintu rumah.

Pastinya tak ada manusia yang tak pernah merasakan sakit hati kan ?? benar, karena kadang jika kita salah mengucapkan / berbuat salah yang mungkin sepele bagi kita, padahal menyakitkan bagi orang lain, dan akhirnya karena terlanjur sakit hati, yang punya hati tak mau membukakan pintu hatinya untuk memaafkan kita. Malah kadang pintu rumah pun ikut tak bias terbuka, karena terlalu sakit hatinya. Tapi harus selalu kita ingat pintu rumah tak sama dengan pintu hati, karena bila pintu rumah kadang selalu terbuka untuk kita, tapi pintu hati kadang takkan pernah terbuka untuk kita lagi karena selalu mengulang kesalahan yang sama !. karena biasanya di luar terlihat seperti biasa, dalamnya siapa yang tau.

Jadi kita harus selalu menjaga sikap dan mulut kita, karena “mulutmu harimau mu”. Agar pintu hati manusia selalu terbuka lebar, selebar pintu rumah, jaga sikap dan mulut kita. Kuncinya kita harus selalu berhati-hati dalam berbicara dan bersikap, karena jika hati manusia ingiin selalu terbuka, maka dunia akan selalu indah, karna tidak menyimpan suatu keburukannya di balik keindahannya.


Nama : firda riani
Kelas : X-6
Student day : Jurnalistik

0 komentar: