Sabtu, 25 September 2010

Lebaran Jauh dari Orang Tua

Diawali dengan kata Bismillahirohmannirohim, dan tepatnya pada tanggal 06 September 2010, pukul 00.30 WIB saya pergi menuju tempat dimana saya akan melaksanakan sisa bulan Ramadhan sekaligus merayakan Idul Fitri. Dengan perasaan yang sedikit sedih karena harus meninggalkan kedua orang tua dan kakak, namun saya tetap melangkahkan kaki menuju mobil yang sudah menunggu, walaupun sedikit berat. Dalam perjalanan saya berusaha menikmati dan mulai mengobrol atau mengeluarkan lelucon agar suasana menjadi ramai.

Karena masih di Bulan Ramadhan, saya dan saudara-saudara atau tepatnya bersama Mas dan Mba saya harus melaksankan sahur di jalan.Karena kami tidak membawa makanan, maka kami harus mencari makanan seadanya, untungnya kami menemukan sebuah stan makanan di salah satu SPBU, walaupun makannya didalam mobil, saya tetap senang karena bisa menjalankan ibadah puasa. Dan perjalanan terus kami lanjutkan.

Setelah melewati perjalanan yang jauh, akhirnya kami sampai di rumah nenek yang tepatnya berada di desa Sidomulya – Pacitan. Disana kami disambut oleh saudara-saudara dengan suka cita. Disana saya melewati ibadah puasa tidak beda jauh dengan dirumah sendiri, hanya yang membuat beda, disana waktu buka puasanya lebih cepat di bandingkan di Depok.

Tiga hari sudah berlalu, waktunya saya merayakan malam takbir didesa ini. Hal yang membuat saya ingin berlebaran disini adalah saya ingin melewati malam takbir disini, karena disini sangat jauh berbeda dengan suasana disana. Saya bersama mas saya perpawai naik motor mengelilingi desa sampai jam 21.30 WIB.

Tak terasa besok sudah Lebaran, saya harus mempersipakan diri untuk melaksankan sholat Id. Setelah sholat Id saya melaksanakan adat yang berlaku, yaitu bersalaman dengan kelurga yang lebih tua dengan duduk dibawah ( sungkem). Ketika kegiatan sungkem selesai, saya langsung menelpon orang tua saya yang ada di Depok, saya langsung meminta maaf kepada kedua orang tua dan kakak saya. Walaupun hanya Lebaran lewat telpon, tapi bagi saya itu sudah sangat cukup dan yang terpenting adalah saling memaafkan.

Bukan kali pertama ini saya merayakan lebaran jauh dari orang tua, tapi Lebaran tahun lalu saya juga demikian. Walaupun sedih tapi saya harus melewatinya karena memang itu pilihan saya. Tidak sedikit orang yang bertanya “ ngapain sih lebaran di jawa?, kan orang tua kamu disini, emang enak apa lebaran jauh dari orang tua?”. Pertanyaan seperti itu sudah sering saya jumpai, dan saya pun sudah memiliki jawaban yang tidak kalah hebonya “ aku mau cari suasana yang beda aja, udah gitu lebaran di jawa itu lebih rame nggak kaya disini. Hahahah”.

Kalau memang saya berani mengambil konsekuensi lebaran jauh dari orang tua, kenapa nggak di coba?, buat saya lebaran dimana saja tetap enak, asalkan hati kita bisa tenang dan nyaman. Walaupun sebenarnya lebaran identik berkumpul dengan orang tua, tapi berkumpul dengan nenek dan saudara lainnya juga nggak kalah asyiknya kok!!!

Kalau mau tahu rasanya lebaran jauh dari orang tua, cobain aja.???


Winna Widiyanengsih

XI IPA 5

0 komentar: