Sabtu, 25 September 2010

MUDIK MACET? BAWA SANTAI AJA

Mendengar kata mudik, yang muncul di pikiran kita setelah kampung halaman pastilah perjalanannya. Perjalanan menuju kampung halaman tercinta. Hal ter-menyebalkan sepanjang perjalanan adalah ketika kita terjebak dalam macet panjang-yang-entah-akan-berujung-dimana.

Kalau sudah terjebak macet begitu, biasanya orang-orang akan ‘naik darah’. Padahal seharusnya, bawa santai saja. Itu kan perjalanan untuk hal yang menyenangkan. Memang sulit untuk mengatur emosi di tengah bunyi klakson sana-sini, tapi tidak ada salahnya mencoba daripada keluar sumpah serapah dari mulut kita, jadi dosa deh. Lebih baik kita bersabar, kan dapet pahala tuh?

Yang namanya penat, pusing, pegal ketika macet, itu hal yang wajar. Maka dari itu, tidak ada salahnya kita singgah dulu di kedai makanan ataupun tempat-tempat peristirahatan untuk sekedar menghilangkan rasa 3P itu. Kalau sekiranya semua sudah pulih dan merasa fit kembali, barulah kita melanjutkan perjalanan.

Koar-koar klakson, salip sana salip sini, itu memang sudah menjadi ‘pemandangan’ biasa katika mudik. Tapi, bagi kita yang dibekali otak berpendidikan serta bekal agama yang (Insyaallah) kuat, sepertinya agak kurang etis jika kita ikut-ikutan meramaikan suara klakson dan turut serta dalam acara salip-menyalip itu. Sekali lagi, sabar itu tidak salah kok.

Lagipula salip-menyalip pada saat kondisi lagi macet kan beresiko tinggi dan cukup berbahaya, masa sih kita rela menukar nyawa kita hanya untuk sampai ke kampung halaman? kan tidak? Yang ada, bukan sampai ke kampung halaman tercinta, malah ke Rumah Sakit atau bahkan Tempat Pemakaman Umum. Tidak lucu bukan?

Verdina Sri Mulia – XI IPA 1

0 komentar: