Sabtu, 25 September 2010

TRADISI LEBARAN YANG BERAGAM

Walaupun lebaran sudah berlalu namun pasti masih ada dalam benak kita bagaimana suasana disaat hari yang fitri itu. Berbagai macam tradisi lebaran setiap daerah berbeda sebenarnya pasti mengandung makna. Dibalik itu apapun tradisinya kita semua pasti pernah menjumpainya. Seperti tradisi yang ada di kota padang Sumbar Setiap kali Lebaran, Manambang adalah kegiatan anak-anak secara berombongan mengunjungi rumah-rumah warga untuk bersilaturrahim.
Rombongan mereka bervariasi, ada lima sampai delapan orang, bahkan ada yang jumlahnya belasan karena anak-anak itu, usai salat Idul fitri sudah bersepakat untuk pergi bersama-sama. Pemilik rumah, tak luput untuk menyahuti salam yang disampaikan rombongan anak-anak yang berkunjung itu. Ketika sudah disuruh masuk tuan rumah, rombongan anak-anak juga dihidangkan minuman dan kue lebaran.

Ada lainnya seperti Masyarakat lereng barat Gunung Merbabu menjalani tradisi merayakan Lebaran yang disebut sebagai "Sungkem Telompak" bertepatan dengan 5 Syawal 1431 Hijriyah di Desa Banyusidi, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah yaitu Mereka yang berasal dari Dusun Keditan, sekitar tujuh kilometer ke arah timur Dusun Gejayan itu mengenakan pakaian adat Jawa dan kostum kesenian tradisional "Campur Bawur" antara lain ditandai dengan properti dua payung "songsong" berwarna kuning keemasan, bendera Merah Putih, kuda kepang, tombak, tameng, pedang, dengan tabuhan seperti "truntung", "jedhor", dan kenong tiba di halaman rumah Purwo Sugiyo yang juga juru kunci mata air Telompak sekitar pukul 12.00WIB.
Dari Lombok masyarakatnya juga punya tradisi yaitu tradisi Lebaran Topat dengan berzikir, berdoa, dan diakhiri makan bersama yang oleh masyarakat setempat disebut begibung. Perayaan dipusatkan di masjid, langgar Setelah matahari terbit, para lelaki mulai dari anak-anak hingga dewasa, berangkat menuju musala atau masjid terdekat dari kediaman. bersama. Sementara para perempuan dan ibu rumah tangga, menyiapkan makanan, lalu diantarkan ke masjid dan musala, untuk disantap bersama. Makanan yang disiapkan seluruhnya terdiri dari ketupat atau lontong dilengkapi dengan lauk pauk aneka rupa. Saat idul Fitri, masyarakat Sasak tak membuat ketupat. Makanan ini baru dibuat saat perayaan Lebaran Topat . Ternyata kita mempunyai tradisi yang beragam, tidak ada salahnya untuk kita hanya sekedar mengetahuinya.

*Nurani Rusmana P ( IX IPA 1 )

0 komentar: