Jumat, 20 Februari 2009

PEZAT_NEWS
-the next to be better-
Edisi: 006/Oktober/2008

# Pezat_News Edisi MAAFKAN dan LUPAKAN#

Fokus

Sempurnakan Hati dengan Saling Memaafkan

Hati segumpal daging berwarna merah ….
Masih teringat di benak kita bagaimana kita meminta maaf kepada orang tua kita, teman atau sanak saudara atas apa yang telah kita lakukan selama ini. Entah kita meminta maaf dengan cara bertatap muka langsung, via sms atau mungkin bagi yang punya banyak pulsa dengan via telepon.
Manusia sebagai mahluk yang di ciptakan Allah SWT memiliki sifat tidak sempurna. Sebagai manusia kita banyak memiliki kekurangan, satu orang manusia tidak hanya punya satu kekurangan tetapi punya banyak kekurangan. Namun setidaknya itulah yang membuat kita menjadi manusia yang lebih manusiawi. Karena kesempurnaan itu hanyalah milik pencipta kita, yaitu Allah SWT.
Di dalam kita menjalani kehidupan, kita memiliki peran ganda. Yang pertama kita sebagai mahluk individu. Yang kedua kita sebagai mahluk sosial. Yang artinya manusia tidak dapat hidup sendiri. Walupun kita kaya dan berkecukupan tetapi suatu saat nanti ada saat dimana kita membutuhkan orang lain.
Karena itu berinteraksi dan bersosialisasi merupakan sebuah kebutuhan pokok yang sama nilainya dengan kebutuhan sandang, pangan dan papan yang jika dalam Ilmu Pengetahuan Sosial adalah kebutuhan yang pokok dan wajib di miliki seorang individu.
Posisi kita saat ini yang sedang memasuki masa di mana sedang belajar untuk menjadi masyarakat. Di mana di sana-sini kita sedang memperbanyak mengenal orang dan mendapatkan teman. Kadang karena manusia memiliki karakter yang berbeda antara satu yang dengan yang lainnya membuat konflik sering terjadi. Sesuatu hal yang lumrah terjadi dan kita alami.
Dengan saudara sendiri saja kadang kita sering salah paham apalagi dengan orang lain yang berasal dari latar belakang yang berbeda, budaya yang berbeda, dan kebiasaan yang berbeda pula.
Timbullah rasa kesal, lalu berkembang menjadi rasa benci, benci berubah menjadi dendam. Akhirnya sakit hati. Hal ini tidak pernah pandang bulu mulai teman yang baru kita kenal sampai sahabat yang selama ini menemani kita, di kala kita susah maupun senang.
Penyebab dari masalah ini adalah hati. Tapi penyakit hati yang satu ini tidak sama dengan penyakit liver. Penyakit hati ini diam-diam dan tanpa kita sadari sedikit demi sedikit menggerogoti hati kita.
Penyebabnya antara lain kesalahan yang kita perbuat, rasa benci kita kepada orang lain atau juga kesalahan yang pernah di perbuat oleh orang lain kepada kita. Hati yang semula berwarna merah berubah menjadi keruh.
Rasa bahwa hidup itu menyusahkan, dunia itu sempit, sampai tidur pun menjadi hal yang tidak menyenangkan bagi kita. Sampai-sampai stress berkepanjangan yang imbasnya kepada orang terdekat kita. Dan akibatnya penyakit hati kita semakin bertambah parah.
Belum lagi jika membayangkan bahwa kita hidup di dunia ini adalah hanya sementara saja, setelah kita mati nanti kita akan di bangun kan kembali di hari akhir lalu di sana kita harus mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita ketika di dunia. Dan ternyata saat kita di dunia dulu kita pernah menyakiti hati orang lain, baik tidak sengaja maupun sengaja. Lalu kita tidak meminta maaf atas kesalahan kita itu, maka perjalanan kita ke surga nanti akan terhalang.
Sebegitu beratnya penderitaan yang kita terima dan pada akhirnya saat mencapai titik puncak kita berusaha mencari penyelesainnya, maklum penyakit yang satu ini gak enak kalau seandainya kita biarkan berlarut-larut.
Cara yang jitu so pasti top markotop. Dan telah diteliti oleh dokter khusus masalah hati dan juga berbagai agama menyakini bahwa perbuatan yang satu ini dapat menyembuhkan. Caranya adalah kalimat sederhana tetapi bermakna dan kadang susah untuk diucapkan. Kata itu adalah kata ”maaf”. Yups, bener banget obat jitu yang kita maksudkan adalah memaafkan dan dimaafkan.
Sepele sih, tapi begitu bermaknanya. Bahkan hal mudah seperti ini masih banyak orang yang susah untuk melakukannya. Gengsi, takut, dan lain sebagainya menjadi jurus terjitu untuk mengganjal niat baik ini.
Kalau begitu kita harus tau apa yang menjadi penyebabnya. Setelah di cermati, di pahami di telaah, bahkan samapai harus melakukan semedi di Gunung Gede. Penyebab nya adalah diri kita sendiri.
Kok, bisa? Iya karena segala sesuatu yang ingin kita kerjakan merupakan hasil kerja pikiran kita. Jadi kita harus meprogram diri kita untuk melakukan permintaan maaf atau memaafkan orang yang memiliki kesalahan terhadap kita.

I Didn't Mean To...

Pernahkah suatu kali kita menemui bahwa ternyata secara tak sengaja telah tersakiti hati orang-orang lain di sekitar kita. Kita melangkah memulai hari tanpa mengerti bahwa kemarin, dua hari lalu, atau hari-hari sebelumnya lagi, entah berapa banyak orang yang tak berkenan dengan apa yang telah kita lakukan. Walau tanpa sadar, walau tak bermaksud demikian, namun hati yang terlanjur tersakiti, sulit tuk dipulihkan lagi.

Pernah seseorang pernah berkata pada saya, "Kamu galak banget ya?" Ups! Saat itu saya benar-benar kaget. Galak? Ya, mungkin juga sih. Rasanya saya memang tidak pernah seperti si A, teman saya, yang bisa dengan ramainya berkicau menyapa setiap orang yang ia lewati di lorong kampus. Kemudian saya pun bertanya lebih lanjut, mencoba memahami "complain" yang saya terima hari itu. Yang saya ingat saya aktif diberbagai kegiatan. Berkutat dengan pelajaran, sekaligus aktivitas kepengurusan, setiap hari rasanya ada saja bahan rapat sepulang sekolah. Capek? Sudah pasti. Tapi entah kenapa saya menyukai semua aktifitas itu. Sepertinya bila hari belum gelap, belum waktunya untuk pulang ke rumah. Tanpa sadar, aktifitas ini itu di sekolah serta tuntutan harus mencapai nilai-nilai yang baik, plus beberapa permasalahan yang juga saya hadapi di rumah, membuat sedikit tekanan yang akhirnya terbawa pada perilaku. Saya mungkin tak menyadari, tapi tidak dengan yang lain.

***

Pernahkah kita menyadari bahwa bisa jadi hari ini kita telah mengecewakan banyak orang? Kita mengira bahwa hari ini telah dilewati dengan lancar tanpa gangguan dan kita akhiri hari dengan tidur nyenyak. Namun ternyata tadi pagi, saat kita lupa mencium tangan orang tua untuk pamit, terbersit sedikit kecewa di hati mereka. Tadi pagi, saat membayar ongkos bis, kita memberikannya dengan sodoran yang kasar hingga pak kondektur bis bertambah lelah dan penatnya bahkan merasa terhina. Tadi pagi, saat masuk ruangan kantor, kita lupa menyapa dan memberi salam dan senyum pada pak satpam dan beberapa teman yang sudah datang, hingga yang kita suguhkan hanyalah wajah lelah sehabis turun naik bis dan kerut kening pertanda banyak kerjaan kantor yang harus diselesaikan hari itu.

Pernahkah terpikir oleh kita, bahwa sedikit kesan tak enak yang orang lain tangkap dari tingkah laku kita, dapat membekas begitu dalam tanpa kita menyadarinya. Membuat mereka merasa sedih, kecewa, kesal, atau bahkan marah pada kita. Tanpa kita menyadari, bahwa hari itu telah kita lewati dengan menyakiti hati begitu banyak orang. Dan saat hati-hati mereka telah luka, rasanya tak lagi berarti permohonan maaf kita saat kita ucapkan, "I didn't mean to..."

Kesalahan yang tak disengaja, terkadang membuat kita sendiri heran. Kapan ya saya melakukan hal itu? Benar tidak ya, saya telah bersikap kasar padanya? Ah, saya kan tidak bermaksud begitu. I didn't mean to. Dan sekian banyak pemaafan yang kita ukir untuk diri kita sendiri, tanpa peduli orang tersebut masih merasakan sakitnya hingga kini.

Mungkin sobat Pezat_news pernah mengalami hal serupa, Tapi Tak usahlah lagi alasan itu dicari. Mari mulai memperbaiki, mulai saat ini. Sebab kita tak pernah tahu kapan diri kita pernah menyakiti.

Lalu selanjutnya, ingatkah kita dengan kata orang tua kita yang selalu mengingatkan kita untuk selalu memulai sesuatu dengan niat. Jadi, niatkan dalam hati kita tentunya dengan tulus dan ikhlas semata-mata demi menyembuhkan penyakit hati yang sedang bersemanyam di hati kita.
Kalau boleh sok tau, dan memang harus sok tau. Saat berlangsungnya proses saling memaafkan kita akan merasakan tubuh kita melayang, serasa bagai di surga. Stop! Bukan yang seperti itu. Hal yang akan kita rasakan nanti adalah keruhnya hati kita berubah lagi menjadi hati yang berwarna merah seperti baru saja kita cuci.
Segala penyakit yang menjangkiti kita mulai dari kesel bin ngedumel bin benci bin sakit hati hilang seketika. Seperti habis minum obat ajaib.
Tapi memang yang namanya saling memaafkan merupakan obat ajaib dan istimewa karena obat seperti ini tidak ada di apotek manapun.
Bukan hanya minta maaf sama sesama manusia tapi pernah ga kita berpikir untuk minta maaf sama pencipta kita, Allah SWT. Ya, biar pun kita tau bahwa Allah SWT pasti telah memaafkan segala perbuatan kita yang salah tapi biar pun begitu kita juga harus menunjukkan kesungguhan hati kita dalam meminta maaf .
Caranya ngomongnya sih gampang tapi ngelakuinnya itu yang kadang susah. Melakukan yang di perintahkan dan menjauhi segala larangannya. Apalagi sehabis Lebaran kemarin di mana dalam jangka waktu satu bulan kita berlatih untuk menjadi orang yang dapat menahan hawa nafsu, pokoknya bulan puasa kemarin bulan di mana kita belajar untuk meningkatkan ibadah kita.
Dan diharapkan setelah kita selesai berpuasa kita akan menjadi orang yang lebih baik. Karena jika kita tidak menjadi lebih baik berarti kita merupakan orang yang merugi.
Nah, kita sudah membahas tentang meminta maaf dan juga memaafkan. Dari bahasan di atas kita mendapatkan banyak informasi terutama manfaat yang kita dapatkan. Jadi apalagi yang sedang kita tunggu. Langsung telepon atau langsung datang kepada orang yang saat ini sedang memiliki masalah dengan kita. Dan perlu diingat saling maaf dan memaafkan tidak hanya terjadi pada saat hari Raya Idul Fitri saja semua hari adalah hari yang tepat untuk saling memaafkan. (Ayuning/*berbagai sumber)

0 komentar: