Minggu, 20 Maret 2011

Indonesia sumbang 2 juta Dollar AS

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia memastikan untuk membantu Jepang dalam bentuk dana senilai 2 juta dollar AS atau sekitar Rp 17,4 miliar. Bantuan ini dinilai cukup untuk menunjukkan sikap simpati Indonesia terhadap kesulitan yang dialami oleh penduduk Jepang akibat bencana gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011.

Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Sabtu (19/3/2011), saat menghadiri Diskusi Forum Komunikasi Wartawan Keuangan dan Moneter (Forkem) bertema ”Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN 2011”.

”Yang paling utama kita bersimpati. Kami sudah memberikan bantuan 2 juta dollar AS dalam bentuk perhatian dan empati kita pada masyarakat Jepang, untuk bentuk lainnya masih akan dikaji,” kata Agus.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, pemerintah merasa ada hambatan psikologis untuk menanyakan komitmen Jepang, baik pemerintah maupun sektor swasta mereka, dalam mematangkan kerja sama ekonomi dengan Indonesia. Jepang tengah membutuhkan dana setidaknya 200 miliar dollar AS untuk memulihkan kondisi infrastrukturnya lima tahun ke depan akibat deraan gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011.

”Kalau melihat dalamnya dampak (bencana), saya sebetulnya tidak berani menanyakan rekan kami di Jepang, baik sektor swasta maupun pemerintah. Walaupun tetap memegang komitmen untuk meneruskan, mereka itu harus memulihkan infrastrukturnya selama lima tahun ke depan, antara lain membuat permukiman baru untuk puluhan ribu rumah,” ujar Hidayat.

Menurut Hidayat, apabila pihak Jepang meninjau kembali atau menggeser proyek-proyek baru di Indonesia, dirinya akan sangat memakluminya. Seperti beberapa proyek otomotif, Hidayat tidak yakin akan terealisasi pada bulan-bulan ini.

”Sekarang masih suasana musibah, saya belum berani ngomong bisnis dulu. Namun, nanti satu hingga dua bulan ke depan, saya akan menawarkan mereka untuk merelokasi beberapa industri komponen mereka dan industri-industri yang sudah dilakukan di sini. Ini bisa dilakukan dengan bekerja sama dengan rekan bisnis lokal,” ujarnya.

Relokasi patut ditawarkan karena dalam lima tahun ke depan Jepang akan konsentrasi pada program rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana. Dengan demikian, Jepang akan terfokus pada pembangunan berbagai infrastruktur dasar, seperti pelabuhan. Sebagai dampaknya, ekspor beberapa komoditas Indonesia ke Jepang akan menurun.

”Karena setelah itu kebutuhan mereka akan meningkat. Mereka akan membutuhkan banyak sekali baja dan alumunium untuk rehabilitasi serta rekonstruksi,” kata Hidayat.

Oleh: Fitri andani

sumber: Kompas.com

0 komentar: