Jumat, 06 Agustus 2010

tidak sabar itu boleh , asalkaaann ..

Rasa-rasanya aneh ya…, seandainya dimasa seperti sekarang ini kita perlu lebih sering mengamalkan sikap sabar serta sekaligus menyarankan kepada orang di sekeliling kita untuk mengambilsikap serupa.
Dimasa ketika semakin banyak orang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dan kelompoknya dibanding orang atau kelompok lain, bahkan dengan cara-cara yang tidak patut, menghasut memfitnah saling menjatuhkan serta mengambil yang bukan menjadi haknya.
Ketika semakin banyak orang tak lagi sudi antri menunggu giliran untuk memberikan kesempatan kepada orang lain dan lebih suka saling berebut berdesakkan saling sikut supaya dirinyalah yang lebih dulu tiba atau lebih dulu mendapat sesuatu.
Dimasa ketika, menurut dalil sableng, mendapatkan yang haram saja susah apalagi mencari yang halal.
Anehkah dimasa seperti sekarang ini apabila kita bersikap sabar ? Rasa-rasanya aneh...! Kalau disebut rasa-rasanya aneh, berarti kita bicara tentang perasaan. Alam bawah sadar. Padahal sabar adalah pilihan sikap yang secara sadar kita pilih. Sabar adalah pilihan logika, pikiran dan bukanlah perasaan. Anehkah ?
Sabar adalah suatu keputusan sikap yang kita pilih untuk meninggalkan suatu sikap menuju sikap lainnya dengan harapan dengan sikap yang kita pilih itu, kelak kita akan mendapatkan sesuatu.
Sabar adalah kata kerja yang bersifat aktif dan bukan kata sifat yang pasif. Sabar itu pilihan sikap perbuatan yang sengaja dipilih secara sadar.
Jika sabar dan tidak sabar adalah pilihan sikap, berarti boleh dong...apabila kita memilih sikap tidak sabar. Logikanya kan begitu...
Ceritanya begini. Suatu hari, ketika sedang berpatroli dilingkungan tempatnya bertugas, dua orang petugas patroli tiba-tiba didatangi oleh tiga orang berbadan tegap lagi kekar. Ketiga orang berbadan besar, tegap dan kekar tapi tidak berambut cepak itu, menceritakan dengan penuh emosi bahwa kaca depan mobil yang sedang mereka tumpangi telah pecah berantakan yang diakibatkan oleh lemparan batu yang pelakunya tidak diketahui siapa dan dimana.
Menghadapi situasi seperti ini, kira-kira apa yang akan dilakukan oleh kedua orang petugas patroli ini? Balik memarahi ketiga orang itu ? Ternyata tidak saudara-saudara. Kedua petugas ini kemudian bersikap lembut, bertutur kata santun demi menenangkan emosi dan kemarahan ketiga orang yang kaca mobinya telah pecah itu.
Kedua petugas patroli itu telah mengambil sikap yang santun karena berharap dengan sikap yang diambilnya itu, persoalan ini dapat segera diselesaikan. Kedua petugas ini menurut saya telah bersikap sabar.
Bolehkah kita memilih untuk tidak bersikap sabar ?
Misalkan ada seorang perempuan yang sudah sepuluh tahun berpacaran dengan seorang pria. Sang pria kekasihnya itu, sudah sekian lama belum juga melamarnya untuk dijadikan istri. Haruskah si perempuan ini menunggu dalam ketidak pastian hingga batas waktu yang tidak diketahui ? Akan bijaksana seandainya si perempuan inu memberikan ultimatum kepada pria kekasihnya itu, misalnya dengan mengatakan, “Kalau tahun depan kamu tidak juga melamar aku, maka...”
Nah, jangka waktu kita untuk melaksanakan kesabaran, yang dalam contoh ini ditentukan sampai tahun depan disebut batas kesabaran. Batas kesabaran adalah masa dimana kita melaksanakan kesabaran.
Oleh karena itu, jika kita memilih untuk tidak sabar terhadap sesuatu, maka berbuatlah sesuatu. Apabila kita merasa tidak sabar, kita harus melakukan sesuatu !
Suatu ketika kita sedang menuggu anak kita yang sedang bersekolah. Sekarang menunjukkan jam 09.00 pagi, sedangkan bubaran kelas anak kita itu pkl. 12.00 siang nanti.Kalau kita tidak sabar untuk menuggu tenggat waktu yang tiga jam itu, kita harus berbuat sesuatu ! Menggerutu atau marah-marah kepada ibu guru anak kita ? Sebaiknya tidak. Kita dapat melakukan sesuatu yang dapat memuliakan kita.
Ketika saya dan dua teman sedang ngobrol-ngobrol, salah seorang dari teman itu melontarkan pertanyaan, “Kalau penghasilan kita seringkali tidak mencukupi kebutuhan kita, karena harga-harga BBM, listrik, minyak goreng, cabe kriting dll naik membumbung tinggi, apa yang harus kita lakukan ?”
Teman yang duduk di tengah langsung menjawab,”Berbuatlah sesuatu...”
Ya, betul. Kalau kita merasa sedang tidak sabar, lakukanlah apa saja asalkan itu akan memuliakan kita, meninggikan orang lain serta tidak merugikan pihak manapun.
Kenapa begitu ? Karna kemudian kita akan bertemu dengan yang namanya hukum alam. Bukankah kita semua sudah tahu bahwa suatu kebaikan akan berbuah kebaikan dan kejahatan atau keburukan akan berakibat keburukan pula. Jika sudah ada kepastian sunatullah seperti itu, lalu apa gunanya jika kita masih juga melakukan kejahatan ?
Kemudian teman saya berkesimpulan, “Jika kesempatan untuk bersikap tidak sabar mensyaratkan kita untuk melakukan sesuatu hal, yang apabila persyaratan itu kita penuhi, menurut saya bukankah itu berarti juga kita telah bersikap sabar ?”
Teman yang satu lagi menimpali,” Atau dengan kata lain, tidak sabar itu boleh tapi dalam pelaksanaannya tetap dalam kerangka pengendalian diri, begitu...?”
Barangkali itulah sebabnya, Tuhan, melalui kitab suci Nya banyak sekali menyarankan kita untuk bersikap sabar. (NRL)

0 komentar: