Sabtu, 23 Oktober 2010

Hedonisme- Kanker bagi Kehidupan KeKristenan

Hedonisme (hedone dalam bahasa Yunani berarti kesenangan) sebetulnya sudah muncul sejak abad ke-4 SM. Bagi para hedonis, yang sungguh baik bagi manusia adalah yang memberi kesenangan. Bukankah sudah sejak kecil manusia selalu merasa tertarik akan kesenangan? Bila kesenangan sudah tercapai, ia tidak akan mencari sesuatu yang lain lagi.


Adalah filsuf Epicurus (341-270 SM) yang memopulerkan paham hedonisme, suatu paham yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan yang paling utama dalam hidup. Filsafatnya dititikberatkan pada etika yang memberikan ketenangan batin. Kalau manusia mempunyai ketenangan batin, maka manusia mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia adalah hedone (kenikmatan, kepuasan). Ketenangan batin diperoleh dengan memuaskan keinginannya. Manusia harus dapat memilih keinginan yang memberikan kepuasan secara mendalam. Hedonisme sebagai suatu “budaya” yang meletakkan dimensi kepuasan materi sebagai suatu tujuan utama memicu dan memacu pemanfaatan alam dan atau melakukan aktivitas hidup yang jauh dari dimensi spiritual (moralitas).

Kesadaran akan nilai-nilai etika dan moralitas yang rendah dalam mencapai tujuan hidup memberikan kepuasan sesaat, dan dampak negatif yang berjangka panjang.Menurut filsuf Aristipus of Cyrine (435-366 SM), sesungguhnya kesenangan merupakan rasa dari watak yang lemah lembut dan merupakan tujuan yang sebenarnya dari kehidupan. Semua kesenangan nilainya sama, tetapi berbeda dalam tingkat lamanya, kesenangan harus dikendalikan oleh akal. Pengendalian melalui mekanisme pemikiran (akal) tidak lain adalah usaha “rasionalisasi” keadaan yang didasarkan atas upaya penyesuaian antara keinginan sebagai tujuan dengan penyesuaian melalui pendekatan moral/etika terhadap nilai-nilai sosial dan spiritual. Keadaan demikian menjamin tercapainya keseimbangan antara tujuan material dan spiritual, sehingga secara individual tercapai kepuasan batin yang sempurna.

Menurut Aristoteles (384-322 SM), Tujuan terakhir perbuatan manusia dan yang diinginkan oleh semua manusia adalah kebahagiaan (eudaimonia). Kebahagian yang tertinggi bagi manusia terletak dalam perwujudan dan kesempurnaan dari perbuatan itu sendiri. Menurut aristoteles, ada dua macam keutamaan, yaitu keutamaan akal (dianoetikai) dan keutamaan etis (etikai). Keutamaan akal menyangkut cara berfikir yang tepat, yang nilainya lebih tinggi daripada keutamaan etis. Keutamaan ini terdiri dari lima hal yaitu phronesis atau dasar kesusilaan, tehne atau kecapan seni, episteme atau ilmu pengetahuan, nus atau pengertian asas dan sophia atau kearifan. Akal, rasa, kehendak berperan dalam perbuatan susila. Akal memberikan norma terhadap perbuatan yang tepat dan susila, kehendak menetapkan pilihan yang baik dan rasa menyesuaikan kepada kehendak dan akal sehingga manusia merasa senang terhadap perbuatan yang dilakukan. keutamaan kesusilaan terletak diantara dua kutub yang saling berlawanan, yaitu hyperbole dan eleipsis. Hyperbole ialah terlalu banyak, dan eleipsis terlalu sedikit. Keutamaan yang terletak ditengah bersifat dinamis, senantiasa menuju kesempurnaan yang lebih tinggi. Pertengahan yang tepat berarti kesesuaian perbuatan dengan norma kesusilaan yang diberikan oleh akal.

Namun dalam perbuatan ini juga manusia memiliki kehendak bebas dalam memilih tindakannya.Kehendak manusia itu merupakan binatang di antara dua kubu. Jika Tuhan singgah di situ, dia berhasrat melakukan kehendak Tuhan. Tapi, jika setan yang singgah, dia berhasrat melakukan kehendak setan. Jadi manusia tidak memiliki kehendak bebas, karena dia adalah budak dan pelayan yang baik bagi kehendak Tuhan maupun keendak setan.("Deservo Arbitrio", Martin Luther).

Hal ini tentunya mengakibatkan secara sadar ataupun tidak sadar manusia bisa saja terbuai oleh kesenangan sesaat yang ditawarkan oleh apa yang dinamakan hedonisme itu sendiri.Dan apabila hal ini merasuk kedalam sendi-sendi keKristenan tentunya kematian rohani tidak bisa terelakkan lagi..Hedonisme itu sendiri tidak dapat dipungkiri sudah merasuk kedalam kehidupan gerejawi.Ada berapa banyak Anak Tuhan yang jatuh dalam Sex bebas,Narkoba, Alkohol,Nikotin,Rokok,Korupsi,hidup pesta pora?Cobalah berbicara sekali-kali tentang kepedulian sosial, kelaparan, penanggulangan anak jalanan di hadapan remaja-remaja/pemuda-pemuda Kristen..Mungkin yang tertarik bisa dihitung dengan jari.Bandingkan dengan perbincangan mengenai games,gosip, atau perbincangan tentang World Cup yang akan diadakan tahun ini.Atau kita lihat fenomena KKR yang kebanyakan dihadiri oleh orang Kristen sendiri..Sehingga wajar saja seseorang itu bertobat dan 1 jam kemudian kumat lagi dan kemudian datang ke KKR untuk bertobat lagi...Selain itu kebaktian-kebaktian yang dihadiri oleh Pendeta terkenal lebih penuh dari pada pendeta yang baru saja merintis dalam dunia pelayanan.Hal ini justru mengeluarkan sosok Kristus sebagai yang terutama dan digantikan dengan tokoh-tokoh Karismatik yang dianggap menyenangkan oleh jemaat, bahkan bisa dipuja secara luar biasa seolah-olah setiap perkataannya adalah suara Tuhan..Belum lagi eksklusifitas yang menciptakan egoisme dalam denominasi-denomasi gereja yang seringkali menyebabkan perselisihan karena satu sama lain saling menghakimi dan merasa benar sendiri...Sehingga tidak heran ada Anak yang Hilang justru di dalam komunitas Anak-anak Terang..Bahkan yang paling menyedihkan terjadinya pengkerdilan akal sebagai dasar pembenaran bahwa iman yang terutama ketika semua borok-borok yang diakibatkan oleh Hedonisme itu terungkap secara sistematis yang dibuktikan oleh fakta-fakta yang terjadi dalam kehidupan KeKristenan itu sendiri..Pernahkah kita bertanya kenapa tetangga saya belum bertobat, padahal dimana Anak Tuhan berada dia membawa terang bagi lingkungannya...Atau bertanya apakah yang terjadi dengan saya, sudah 6 tahun menjadi Kristen tetapi bersaksi tentang Kristus saja tidak pernah (bandingkan dengan kehidupan jemaat mula-mula dalam Kisah para rasul)...Atau jangan-jangan fokus kehidupan saya bukan Kristus, tetapi justru kesenangan yang ditawarkan dunia ini..Mungkin uang, pekerjaan, keluarga, Makanan, Minuman, Hiburan, atau Sex??

Saatnya kita buka mata dan buka hati, sebab tidak ada satupun yang disediakan didunia ini memberikan kita kepuasan kekal.Oleh karena itulah maka ada Firman Tuhan yang mengatakan Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya maka semuanya ditambahkan kepadamu... Jika tidak Hedonisme ibarat kanker yang perlahan namun pasti menggerogoti tubuh Kristus (dalam hal ini Anak Tuhan) yang akibatnya adalah kematian rohani yang ujungnya kematian

http://www.akupercaya.com/diskusi-general/4794-hedonisme-kanker-bagi-kehidupan-kekristenan.html
Agif Andi Prayitno

0 komentar: