Sabtu, 16 Oktober 2010

Kepekaan Terhadap Alam yang Semakin Hilang


Alam memiliki peran penting dalam menopang kehidupan manusia di permukaan bumi. Tidak ada satu manusia pun yang dapat hidup tanpa adanya alam. Tapi mengapa kita sebagai manusia berbuat “seenaknya sendiri” terhadap alam? Berjuta-juta alasan dikemukakan, alasan ekonomi yaitu mencari keuntungan materi adalah salah satunya.

Keuntungan materi yang kita cari ini hanya sebagian kecil dari nikmat alam untuk kita sebagai manusia. Alam telah menyediakan berbagai sumber bahan makanan, barang tambang dan keindahan yang sangat mempesona. Tapi, semua kebaikan alam yang notabene adalah anugerah Tuhan kita sia-siakan, kita rusak hingga alam pun marah. Pepohonan yang ditanami oleh generasi sebelum kita supaya kita dapat merasakan kenyamanan hidup berdampingan dengan alam malah kita rusak, kita tebang, kita bakar hutan kita sendiri. Dimana letak akal sehat dan kepekaan kita terhadap alam?? Sebagai manusia, kita hanya bisa menyalahkan bahwa semua bencana alam seperti banjir dan tanah longsor atau bahkan luapan lumpur panas adalah suatu bencana alam. Tentu kita memiliki akal bukan? Banjir tidak tiba-tiba terjadi jika tidak ada penggundulan hutan, tidak ada orang yang buang sampah sembarangan dan berbagai kegiatan ekploitasi alam dengan semena-mena.

Sebagaimana penggalan lagu yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade ini “….barangkali disana ada jawabnya mengapa di tanahku terjadi bencana.. Apakah alam mulai bosan melihat tingkah kita coba kita Tanya pada rumput yang bergoyang..” Apa kita hanya bisa menyalahkan Tuhan karena telah menurunkan bencana yang bisa dengan seketika memporak-porandakan berbagai harta benda kita atau bahkan nyawa kita sekaligus? Tentu Tuhan telah sangat baik karena telah menitipkan alam buatan-Nya untuk kesejahteraan kita. Kini, hanya bagaimana kita menyikapi dan meningkatkan rasa kepekaan kita terhadap alam. Karena alam dapat meluapkan kemarahannya dengan bencana yang dahsyat. Sebagaimana Soleh, salah seorang korban banjir di Jakarta, “rumah dan segala perlengkapannya kini rusak karena tergenang banjir, dan kini saya sulit untuk membersihkan dan memperbaikinya lagi.” Ujar Soleh.

Semoga kita bukan termasuk orang yang hanya dapat merusak alam tanpa bisa member solusi terhadap alam yang kita huni ini. Mari kita berkaca pada diri sendiri tentang kebaikan alam untuk kita, tentang bencana yang menyeramkan ketika alam telah murka pada tingkah kita. Amin.

Wilda diah ayu puspitaningrum Kelas XI IPA 4

0 komentar: