Sabtu, 23 Oktober 2010

puisi gila II

Pertama aku mengenalmu, aku terkesima dengan semua tingkah mu. Hati ku terasa berbunga-bunga. Embrio-embrio pada Jaringan meristem terasa tumbuh di hatiku.
Berhari-hari ku jalani semuanya terasa cepat seperti kilatan cahaya.
Satu hari kau menyadarkan ku betapa indah nya kilauan itu. Butiran cahaya yang menembus awan cerah. Hingga kini aku mengingat itu.
Semua berjalan seimbang, seperti seorang penulis yang sedang menyelesaikan bukunya, seperti seorang koki yang sedang menghias kue tart, seperti designer yang sedang merancang gaun, seperti programmer yang sedang bermain di dunia maya. Semua berjalan sewajarnya sesuai arah angin. Tapi ketika ada seseorang yang menarik hati mu, kau berpaling. Semuanya hancur. Hatiku longsor seperti tebing yang dihantam hujan badai, seperti penulis yang kehabisan kata-kata, seperti tikus yang lompat keatas kue tart, seperti designer yang mematahkan pensilnya, seperti programmer yang terputus Wifi nya. Badai angin muson datang.
Semua yang telah terjadi sudah kau lupakan.

Annisa Sayyidatul Ulfa (XI IPA 1)

0 komentar: