Sabtu, 02 April 2011

Handphone jadi pandangan karakter

Dewasa ini teknologi semakin berkembang baik dari kualitas maupun kuantitas. Perkembangan seakan berayun seiring bergulirnya waktu . ya begitulah jika dilihat dari fakta. Handphone merupakan salah satu alat canggih yang berfungsi sebagai media komunikasi. Sementara jika ditinjau fungsi handphone sekarang banyak sekali. Sebagai media guna mendapatkan informasi dan komunikasi, handphone dapat meringankan kita ketika akan berkomunikasi dengan jarak jauh tanpa harus mengeluarkan beaya yang mahal mungkin cukuplah untuk makan sehari-hari.
Dengan fiture handphone yang ada seperti mms, chat, voicemail, broadcast message dan salah satunya dengan sms, kita dapat memperoleh apa yang kita inginkan. SMS termasuk fiture pandangan karakter pengguna.
Kenapa dikatakan pandangan karakter?
Perkembangan semakin maju dari kehidupan primitif sampai kehidupan modern. Maka kualitas dan kuantitaspun akan naik dan pola pikir masyarakat semakin kritis. Pada masa penjajahan handphone sangat jarang bahkan yang memiliki handphone adalah golongan atas yaitu kelompok elit (kaya raya) sedangkan golongan bawah yaitu orang miskin tidak mengenal handphone dikarenakan harga handphone saat itu mahal bahkan harga itu melebihi pendapatan masyarakat. Namun, pengguna handphone saat ini tidak dapat dikatakan sedemikian. Faktanya handphone mahal dapat dibeli atau digunakan orang miskin begitupun sebaliknya kalangan atas seperti orang kaya tidak sedikit yang menggunakan handphone murah.
Pola pikir masyarakat juga mengubah keadaan. Contohnya cara orang melakukan komunikasi intra via message (sms). Dengan sms kita dapat menuliskan sesuatu apa yang kita mau dan dengan cara atau kreasi yang ingin kita sampaikan. Banyak orang baik kalangan muda maupun kalangan tua interaksi lewat sms.Contohnya dengan kata-kata mengubah huruf S menjadi C, 5, atau Z. Contohnya “sedang apa” jadi “cedang apa” , “5edang apa” , atau “zedang apa”. Banyak pendapat yang mengatakan tulisan seperti itu dikatakan ‘alay’ tapi ada pula yang mengatakan itu adalah sebuah kreasi.
Sebetulnya jika memang pola pikir kita kritis, kita harus mengetahui karakter orang tersebut terlebih dahulu dibanding kita harus mencap dengan tidak tahu pasti. Dan seharusnya kita berpikir “apakah sudah kita lebih sempurna dari mereka?”


Lissa Amalia
XI IPA 1 (tugas UTS)

0 komentar: